MINSEL, CorongMasyarakat.com ━ Di Desa Durian, Kecamatan Sinonsayang, Kabupaten Minahasa Selatan, penderitaan rakyat terasa begitu nyata. Jalan utama yang seharusnya menjadi nadi penghubung kehidupan warga, hingga kini tetap rusak parah—berlubang, bergelombang, bahkan di musim hujan berubah jadi kubangan lumpur. Ironisnya, kondisi ini sudah berlangsung bertahun-tahun, melintasi beberapa periode bupati dan gubernur, namun tak ada secercah kepedulian. Saat janji-janji politik bergema lantang di masa kampanye, rakyat Desa Durian hanya bisa berharap. Namun setelah pesta demokrasi usai, harapan itu luruh—jalan mereka tetap menjadi “saksi bisu” ketidakpedulian pemerintah.
Lebih menyakitkan, ketika rakyat mencoba mencari jawaban, yang mereka dapat hanyalah lempar tanggung jawab. Ada yang mengatakan jalan tersebut menjadi kewenangan provinsi, ada pula yang berkelit bahwa itu tanggung jawab kabupaten. Di tengah silang pendapat itu, masyarakat Desa Durian hanya bisa menghela napas panjang: entah kepada siapa lagi mereka harus mengadu. Di perbatasan Minahasa Selatan dan Bolaang Mongondow, desa-desa lain menikmati jalan mulus, sementara Desa Durian seakan terkutuk dalam keterlupaan. Kini, suara rakyat kembali menggema: kepada Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus Komaling, dan Bupati Minahasa Selatan, Franky Donny Wongkar—tolong lihat, dengar, dan bertindak. Jalan ini bukan sekadar aspal yang terkelupas, melainkan harga diri rakyat yang telah lama dikhianati janji-janji manis politik.
[ Om Lole//** ]